Pandangan
Struktural
DEFINISI
STRUKTUR ORGANISASI
Robbins
(2007) mendefinisikan struktur organisasi sebagai penentuan bagaimana pekerjaan
dibagi, dibagi, dan dikelompokkan secara formal. Sedangkan organisasi merupakan
unit sosial yang dikoordinasikan secara sadar, terdiri dari dua orang atau
lebih, dan berfungsi dalam suatu dasar yang relatif terus-menerus guna mencapai
serangkaian tujuan bersama.
Ada enam elemen yang perlu
diperhatikan oleh para manajer ketika akan mendesain struktur organisasi.
Ke-enam elemen tersebut meliputi :
§ Spesialisasi Pekerjaan
§ Departementalisasi
§ Rantai komando
§ Rentang Kendali
§ Sentralisasi – Desentralisasi
§ Formalisasi
DESAIN ORGANISASI YANG UMUM
1. Struktur Sederhana (simple structure)
Struktur sederhana adalah
sebuah struktur yang dicirikan dengan kadar departementalisasi yang rendah,
rentang kendali yang luas, wewenang yang terpusat pada seseorang saja, dan
sedikit formalisasi. Struktur sederhana paling banyak digunakan oleh
usaha-usaha kecil di mana manajer dan pemilik adalah sama.
2. Struktur Birokrasi
Struktur birokrasi adalah
sebuah struktur dengan tugas-tugas birokrasi yang sangat rutin yang dicapai
melalui spesialisasi, aturan dan ketentuan yang sangat formal, tugas-tugas yang
dikelompokkan ke dalam berbagai departemen fungsional, wewenang terpusat,
rentang kendali sempit, dan pengambilan keputusan mengikuti rantai komando.
3. Struktur Matrik
Struktur
matrik adalah sebuah struktur yang menciptakan garis wewenang ganda dan
menggabungkan departementalisasi fungsional dan produk. Struktur ini dapat
ditemukan pada agen-agen periklanan, lembaga-lembaga pemerintah, dll.
Karakteristik
struktur matrik ia mematahkan konsep kesatuan komando. Karyawan yang berada
dalam struktur matrik memiliki dua atasan (misal manajer produksi dan manajer
fungsional).
Pandangan Perilaku
Kepribadian
Kepribadian adalah segala corak perilaku yang khas dan unik dan
dapat diperkirakan dimiliki atau ada pada diri seseorang, dan seringkali
dipergunakan sebagai reaksi yang alami atau sebagai alat untuk menyesuaika diri
terhadap segala sesuatu hal yang terjadi di sekitar seseorang.
Faktor faktor yang dapat
menjadi penentu kepribadian seseorang, yaitu :
Keluarga (keturunan) Merujuk pada faktor genetika seseorang, misalnya yang
berkaitan dengan fisik yaitu tinggi badan, bentuk wajah, warna mata, warna
rambut, bahkan sifat-sifat dan penyakit-penyakit tertentu.
Lingkungan. Lingkungan memiliki pengaruh yang cukup besar dalam kepribadian
seseorang, karena dalam lingkungan lah seorang pribadi dapat menangkap
nilai-nilai atau norma-norma yang akan dia terapkan dalam hidupnya. Misalnya
saja ketika seorang anak dari keluarga yang baik dan taat akan Allah, namun
jika lingkungan tempat ia tinggal memiliki pengaruh yang buruk dan imannya
tidak cukup kuat, anak tersebut bisa jadi memiliki kepribadian yang buruk juga.
Emosi
Merupakan
reaksi pribadi seseorang terhadap sesuatu (objek), berbeda dengan sifat. Contoh
emosi adalah senang, marah, gembira, tertawa, menangis, atau takut. Berbeda
dengan suasana hati, suasana hati tidak diarahkan pada suatu objek.
Emosi bisa berubah menjadi suasana hati , ketika kita kehilangan
fokus pada suatu objek.
Istilah
yang memiliki kaitan erat dengan emosi adalah : Affect (pengaruh), Emotions
(emosi), Moods (suasana hati)
Teori
Kepemimpinan Situasional
Definisi kepemimpinan situasional adalah “a
leadership contingency theory that focuses on followers readiness/maturity”.
Inti dari teori kepemimpinan situational adalah bahwa gaya kepemimpinan seorang
pemimpin akan berbeda-beda, tergantung dari tingkat kesiapan para pengikutnya.
Pemahaman
fundamen dari teori kepemimpinan situasional adalah tentang tidak adanya gaya
kepemimpinan yang terbaik. Kepemimpinan yang efektif adalah bergantung pada
relevansi tugas, dan hampir semua pemimpin yang sukses selalu mengadaptasi gaya
kepemimpinan yang tepat.
Efektivitas
kepemimpinan bukan hanya soal pengaruh terhadap individu dan kelompok tapi
bergantung pula terhadap tugas, pekerjaan atau fungsi yang dibutuhkan secara
keseluruhan. Jadi pendekatan kepemimpinan situasional fokus pada
fenomena kepemimpinan di dalam suatu situasi yang unik.
Dari
cara pandang ini, seorang pemimpin agar efektif ia harus mampu menyesuaikan
gayanya terhadap tuntutan situasi yang berubah-ubah. Teori kepemimpinan
situasional bertumpu pada dua konsep fundamental yaitu: tingkat
kesiapan/kematangan individu atau kelompok sebagai pengikut dan gaya
kepemimpinan.
4 Tingkat Kesiapan Pengikut
Gaya
kepemimpinan yang tepat bergantung pula oleh kesiapan/kematangan individu atau
kelompok sebagai pengikut.’
R1: Readiness 1 — Kesiapan tingkat 1
menunjukkan bahwa pengikut tidak mampu dan tidak mau mengambil tanggung jawab
untuk melakukan suatu tugas. Pada tingkat ini, pengikut tidak memiliki
kompetensi dan tidak percaya diri (dikatakan Ken Blanchard sebagai “The
honeymoon is over“).
R2:Readiness
2 — Menunjukkan pengikut tidak
mampu melakukan suatu tugas, tetapi ia sudah memiliki kemauan. Motivasi yang
kuat tidak didukung oleh pengetahuan dan keterampilan kerja yang memadai untuk
melaksanakan tugas-tugas.
R3: Readiness 3 — Menunjukkan situasi
di mana pengikut memiliki pengetahuan dan keterampilan kerja yang memadai untuk
melaksanakan tugas-tugas. Tetapi pengikut tidak mau melaksanakan tugas-tugas
yang diberikan oleh pemimpinnya.
R4: Readiness 4 — Menunjukkan bahwa
pengikut telah memiliki pengetahuan dan keterampilan kerja yang dibutuhkan
untuk melaksanakan tugas-tugas, disertai dengan kemauan yang kuat untuk
melaksanakannya.
4 Gaya Kepemimpinan
S1: Telling (Pemberitahu) — Gaya ini paling tepat untuk
kesiapan pengikut rendah (R1). Ini menekankan perilaku tugas tinggi dan
perilaku hubungan yang terbatas. Gaya kepemimpinan telling
(kadang-kadang disebut directing) adalah karakteristik gaya kepemimpinan
dengan komunikasi satu arah. Pemimpin memberitahu individu atau kelompok soal
apa, bagaimana, mengapa, kapan dan dimana sebuah pekerjaan dilaksanakan.
Pemimpin selalu memberikan instruksi yang jelas, arahan yang rinci, serta
mengawasi pekerjaan secara langsung.
S2: Selling (Penjual) — Gaya ini paling tepat untuk
kesiapan pengikut moderat (R2). Ini menekankan pada jumlah tugas dan
perilaku hubungan yang tinggi. Pada tahapan gaya kepemimpinan ini seorang
pemimpin masih memberi arahan namun ia menggunakan komunikasi dua arah dan
memberi dukungan secara emosional terhadap individu atau kelompok guna
memotivasi dan rasa percaya diri pengikut. Gaya ini muncul kala kompetensi
individu atau kelompok meningkat, sehingga pemimpin perlu terus menyediakan
sikap membimbing akibat individu atau kelompok belum siap mengambil tanggung
jawab penuh atas proses dalam pekerjaan.
S3: Participating (Partisipatif)
— Gaya ini paling tepat untuk kesiapan pengikut tinggi dengan motivasi moderat
(R3). Ini menekankan pada jumlah tinggi perilaku hubungan tetapi jumlah
perilaku tugas rendah. Gaya kepemimpinan pada tahap ini mendorong individu atau
kelompok untuk saling berbagi gagasan dan sekaligus memfasilitasi pekerjaan
dengan semangat yang mereka tunjukkan. Gaya ini muncul tatkala pengikut merasa
percaya diri dalam melakukan pekerjaannya sehingga pemimpin tidak lagi terlalu
bersikap sebagai pengarah. Pemimpin tetap memelihara komunikasi terbuka, tetapi
kini melakukannya dengan cenderung untuk lebih menjadi pendengar yang baik
serta siap membantu pengikutnya. Tugas seorang pemimpin adalah memelihara
kualitas hubungan antar individu atau kelompok.
S4: Delegating (Pendelegasian)
— Gaya ini paling tepat untuk kesiapan pengikut tinggi (R4). Ini
menekankan pada kedua sisi yaitu tingginya perilaku kerja dan perilaku hubungan
dimana gaya kepemimpinan pada tahap ini cenderung mengalihkan tanggung jawab
atas proses pembuatan keputusan dan pelaksanaannya. Gaya ini muncul tatkala
individu atau kelompok berada pada level kompetensi yang tinggi sehubungan
dengan pekerjaannya. Gaya ini efektif karena pengikut dianggap telah kompeten
dan termotivasi penuh untuk mengambil tanggung jawab atas pekerjaannya. Tugas
seorang pemimpin hanyalah memonitor berlangsungnya sebuah pekerjaan.
EmoticonEmoticon